Kontak Kami
Oleh |
Senin, 08 Desember 2014|
Cerita
JAKARTA - Setiap bidang pekerjaan tentu memiliki suka duka tersendiri. Arissetyanto Nugroho, misalnya. Pengalaman 13 tahun menjalani pekerjaan sebagai kontraktor, tidak bisa mengalahkan rasa bahagia yang dirasakannya menjadi tenaga pendidik.
Rektor Universitas Mercu Buana (UMB) itu menilai, ungkapan terima kasih tulus dari mahasiswa atas ilmu atau keberadaannya menjadi pengalaman paling berkesan yang dirasakan selama bergelut di dunia pendidikan formal.
"Setiap bidang penugasan ada suka dan duka. Saya sering menerapkan akademisi berbasis pengusaha. Saya senang setiap mengajar dan membimbing mendapatkan sebuah ungkapan yang tulus atas perbuatan yang saya lakukan. Hal ini tidak akan saya dapatkan saat menjadi kontraktor yang selalu melibatkan transaksi," papar Aris kepada Okezone di ruang kerjanya, belum lama ini.
Pria kelahiran Singapura, 24 Februari 1967 itu bercerita, beberapa kali mendapatkan pesan singkat dari mahasiswa yang mengatakan senang melihatnya tersenyum. Sementara dosen yang lain berwajah galak.
"Hal-hal itu yang tidak akan mungkin saya temukan di dunia bisnis," ujarnya sambil tertawa.
Walaupun menikmati masa baktinya sebagai seorang rektor, Aris mengaku sempat mengalami pengalaman menyedihkan. Salah satunya ketika para mahasiswa tidak sependapat dengan kebijakan yang diambil pihak kampus padahal demi kebaikan mereka.
"Kampus itu dinamikanya tinggi. Menghadapi ribuan orang usianya 19-23 tahun. Dewasa belum tapi juga sudah mahasiswa. Ada pemahaman yang belum sama. Ibarat ayah ibu yang memiliki anak yang banyak, ada beberapa yang tidak bisa diberi pemahaman. Itu yang menjadi pekerjaan rumah bagi saya," kata Aris.
Peraih gelar Master bidang Manajemen dari Universitas Indonesia (UI) mencontohkan, gelaran aksi unjuk rasa mahasiswa terkait pembuatan penghubung untuk membangun ruang kelas baru bagi mahasiswa. Untuk menghindari mahasiswa terluka, selama proses pembangunan, akses menuju ke lokasi tersebut ditutup.
"Kalau bicara hukum, ibarat rumah, pintu punya saya. Mau dibuka atau ditutup terserah saya. Tapi tidak bisa begitu, mereka harus diberi pemahaman kalau ini hanya bersifat sementara dan demi kebaikan mereka sendiri," imbuhnya.
Menurut Aris, apa pun profesi atau jabatan yang dimiliki, setiap orang harus memberikan kemampuan terbaik mereka. Kita, lanjutnya, harus fokus terhadap setiap tujuan yang ingin diraih.
"Secara keseluruhan, di mana pun kita ditempatkan harus memberikan yang terbaik, totalitas. Itu baru akan jadi, baik individu maupun organisasinya. Kalau tidak fokus, tidak akan jadi," ujar Aris.